Senin, 12 November 2012

ulul albab perspektif surat ali imron ayat 190-191

artinya:

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
  Asbabul Nuzul dari surat Ali imron ayat 190-191
“sesungguhnya dalam penciptaan langit....” ayat 190. Ath-Tabrani dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata “orang – orang quraisy datang kepada orang – orang yahudi, mereka berkata, “ayat – ayat apa yang dibawa oleh Musa kepada kalian?” mereka menjawab, “tongkatnya dan tangannya yang putih menyilau mata orang yang memandangnya” lalu mereka datang kepada orang nasrani, mereka berkata “bagaimana Isa?” mereka menjawab, “dia menyembuhkan orang buta, orang berpenyakit sopak dan orang mat”. Lalu mereka datang kepada Nabi, mereka berkata “Mintalah kepada Allah agar Dia menjadikan bukit shafa sebagai emas. Lalu Nabi berdoa kepada Allah, kemudian turun ayat, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda – tanda bagi orang – orang yang berakal” hendaknya mereka berpikir padanya.
Pengertian Ulul Albab
Istilah Ulul-albab (أُولُو الْأَلْبَابِ)muncul 16kali dalam kitab suci Al-Qur’an. Kata ulul atau ulii menurut kamus bahasa arab berarti “yang mempunya” atau “yang memiliki”. Adapun untuk makna “yang dipunyai” diwakili oleh kata al-albaab yang merupakan bentuk jamak dari kata lubb sebuah kata benda yang berarti “inti sari”,”isi”, atau “bagian penting dari sesuatu”.

 Analisis
Ulul albab adalah orang-orang Islam yang mempunyai perilaku cendekia dan mempunyai komitmen terhadap ajaran Islam. Kecendekiaan dan kemuslimannya tercermin dalam kemampuannya mengamati, menafsirkan dan merespon lingkungan hidupnya dengan sikap kritis, obyektif dan analisis tanpa kehilangan rasa tanggungjawab dan kesadaran Islamnya. Ulul albab mampu melahirkan gagasan-gagasan baru yang kreatif, inovatif dan cemerlang serta mampu menghayati hubungannya dengan Tuhannya.
Relevansi antara dzikir dan fikir dengan Tujuan Pendidikan Islam adalah bersifat timbal balik dan saling mempengaruhi. Pada diri ulul albab terintegrasi visi keimanan, keilmuan, dan kemanusiaan dimana pembentukannya dibangun melalui proses pendidikan Islam.
Muslim yang selalu mengedepankan dzikir dan fikir (ulul albab), diyakini dapat dibentuk lewat proses pendidikan yang dipola sedemikian rupa. Pola pendidikan yang dimaksudkan adalah pendidikan non dikotomik, yang tidak memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar